HIPANI

Himpunan Perawat Anestesi Indonesia

Indonesian Anesthesia Nurses Association

Muhammad Fithri Rahmani, S. Kep, Ns, CAN

Muhammad Fithri Rahmani, S. Kep, Ns, CAN

Solo Baru, Jawa Tengah — Sabtu 22 November 2025, RS Indriati Solo Baru melalui Indriati Training Center sebagai lembaga penyelenggara pelatihan dan peningkatan kompetensi yang sudah terakreditasi A Kemenkes RI kembali menunjukkan komitmennya terhadap peningkatan mutu layanan anestesi nasional dengan menjadi lokasi pelaksanaan Workshop dan Ujian Sertifikasi Keahlian CBP INNA Perawat Anestesi Tingkat Dasar ( Certified Basic Anesthesia Nurse ). Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dengan dua hari pertama difokuskan pada penguatan teori dan praktik/workshop, lalu dilanjutkan hari ketiga untuk ujian sertifikasi yang terstandar nasional dan selaras dengan standar global.

Kegiatan yang terselenggara berkat kolaborasi Indriati Training Center (ITC) RS Indriati Solo Baru bersama Pengurus Pusat (PP) HIPANI, Pengurus Wilayah (PW) HIPANI Jawa Tengah, dan CBP INNA ini diikuti oleh 50 perawat anestesi dari berbagai daerah di Indonesia. Jumlah tersebut menjadi rekor nasional untuk pelaksanaan sertifikasi tingkat dasar di Jawa Tengah, sekaligus menyamai capaian peserta terbanyak yang sebelumnya dicatat oleh PW HIPANI DKI Jakarta.

Direktur RS Indriati Solo Baru, dr William Tanoyo, M.Kes, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada RS Indriati sebagai tuan rumah. “Kami merasa terhormat dan bangga dapat mendukung penguatan kompetensi perawat anestesi melalui sertifikasi berstandar tinggi seperti CBP INNA. Ini sejalan dengan fokus kami pada keselamatan pasien dan layanan anestesi yang unggul. RS Indriati Solo Baru siap berkolaborasi lebih lanjut sebagai TUK (Tempat Uji Kompetensi) untuk program sertifikasi keperawatan anestesi ke depan serta skema sertifikasi kompetensi yang lainnya,” ujarnya.

Senada dengan itu, dr. Liem Khee Sen Alias Hendra Limanto, Sp.An., selaku Penanggung Jawab Layanan Anestesi RS Indriati Solo Baru menekankan pentingnya sertifikasi berbasis kompetensi bagi keselamatan layanan. “Perawat anestesi memiliki peran klinis yang sangat krusial. Sertifikasi CBP INNA memastikan kompetensi dasar mereka teruji secara objektif—baik secara pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional. Dampaknya langsung terhadap peningkatan kualitas layanan anestesi dan keselamatan pasien,” kata dr. Liem.

Sebagai informasi, CBP INNA telah memperoleh akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) berbasis SNI ISO 17024:2012. Akreditasi ini menjamin proses sertifikasi diawasi secara ketat pada aspek imparsialitas, kerahasiaan, integritas penguji, serta mekanisme banding/keluhan. Dengan status tersebut, sertifikasi CBP INNA tidak hanya diakui secara nasional, tetapi juga mengikuti standar internasional melalui jaringan pengakuan timbal balik (Multilateral Recognition Arrangement/Agreement—MLA) yang berada dalam cakupan IAF (International Accreditation Forum) dan PAC (Pacific Accreditation Cooperation). Hal ini menegaskan bahwa lulusan CBP INNA memiliki pengakuan kompetensi yang kompatibel dengan praktik global.

Rangkaian kegiatan ini diawali dengan pertemuan koordinasi pada 19 November 2025 antara jajaran pimpinan RS Indriati Solo Baru—Direktur, Wakil Direktur, Kepala Diklat, Kepala ITC, Komite Keperawatan, Manajer Keperawatan, dan pimpinan terkait—bersama Ketua Umum DPP PPNI dan Ketua CBP INNA Mustikasari. Pertemuan tersebut, yang turut didampingi oleh Sekretaris DPW, Ketua DPD Kota Solo, Ketua DPD Kabupaten Sukoharjo, Ketua DPK RS, dan pengurus HIPANI Jawa Tengah, membahas penguatan sertifikasi keahlian perawat serta rencana kerja sama RS Indriati sebagai TUK resmi CBP INNA.

Ketua DPP PPNI Harif Fadillah menegaskan bahwa sertifikasi kompetensi adalah kunci peningkatan profesionalisme perawat di era layanan kesehatan modern. “PPNI mendukung penuh HIPANI dan CBP INNA dalam memperkuat jalur sertifikasi yang kredibel dan terakreditasi. Ini bukan semata formalitas, tetapi investasi strategis untuk menjamin kualitas SDM perawat anestesi Indonesia, sekaligus meningkatkan daya saing profesi di tingkat nasional maupun global,” tuturnya.

Pada workshop tanggal 20 November 2025, kegiatan juga dihadiri oleh Ketua PP HIPANI yaitu Ns. Imam Subhi yang memberikan motivasi serta penguatan profesi kepada seluruh peserta. Dalam kesempatan tersebut, Imam Subhi menekankan perjuangan organisasi untuk pengakuan profesi perawat anestesi. “Pengurus pusat HIPANI akan terus berjuang untuk penguatan peran perawat anestesi dan peningkatan kesejahteraan anggota. Sertifikasi CBP INNA ini adalah salah satu jalan penting untuk memastikan kompetensi kita diakui, sehingga profesi perawat anestesi semakin kokoh dan dihormati,” tegasnya di hadapan 50 peserta.

Sekretaris PP HIPANI yaitu Ns. Muhammad Fithri Rahmani turut menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi bukti nyata eksistensi HIPANI yang semakin kuat. Ia menyebutkan hingga saat ini terdapat 460 perawat anestesi yang telah tersertifikasi CBP INNA sepanjang tahun 2025. “Antusiasme 50 peserta di RS Indriati Solo Baru ini memperlihatkan bahwa perawat anestesi Indonesia semakin sadar pentingnya sertifikasi kompetensi. Ini rekor yang membanggakan, sekaligus pesan kuat bahwa HIPANI terus berkembang,” ujarnya.

Ketua PW HIPANI Jawa Tengah Rushartono menyampaikan rasa bangga atas capaian kegiatan ini di wilayahnya. “Ini kali ketiga kami menyelenggarakan sertifikasi di Jawa Tengah setelah RSUD Banyumas dan RSWN Kota Semarang. Pencapaian 50 peserta di RS Indriati Solo Baru menjadi tonggak baru. Kami berkomitmen menjaga Jawa Tengah sebagai salah satu pusat penguatan kompetensi perawat anestesi nasional melalui program yang berkelanjutan dan berkualitas,” katanya.

Dengan terselenggaranya ujian sertifikasi CBP INNA Tingkat Dasar ini, HIPANI bersama CBP INNA dan mitra rumah sakit menegaskan langkah nyata dalam memperkuat standar kompetensi perawat anestesi Indonesia. Diharapkan kegiatan serupa terus diperluas di berbagai wilayah sebagai bagian dari strategi peningkatan mutu layanan anestesi, keselamatan pasien, dan pengakuan profesi perawat anestesi di kancah nasional maupun global.

Adapun ketika Sekretaris Pengurus Pusat HIPANI tersebut ditanya tentang program 2026 yang akan di usung oleh HIPANI, dirinya menjawab bahwa saat ini sedang tahap finalisasi program termasuk untuk bekerjasama dengan lintas negara bersama perawat-perawat anestesi dari berbagai negara.

Gorontalo — Minggu, 26 Oktober 2025 Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) kini resmi memiliki Pengurus Wilayah di Provinsi Gorontalo. Peresmian ini digabungkan dengan Workshop “Keterampilan Dasar Perioperatif-Perianestesia: Airway Management & Monitoring Series 1” yang diikuti oleh 85 pesertadi Aula Prof. Kadir Abdussomad Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Peserta datang dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan ini berfokus pada keterampilan airway management, pemantauan pasien, dan keselamatan praktik anestesi.

Acara ini dihadiri dan mendapat dukungan langsung dari:
• Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, ST., MT., IPU., ASEAN.Eng. Beserta Dekan dari Fakultas Kedokteran UNG serta Fakultas Ilmu Olahraga dan Kesehatan UNG.
• Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Dr. dr. Anang Otoluwa, MPPM.
• Ketua PERDATIN Cabang Provinsi Gorontalo, dr. Romdon Purwanto, SpAn-TI , Subsp TI(K), serta dr. Karliansyah, SpAn-TI , Subsp TI(K).
• Ketua DPW PPNI Provinsi Gorontalo, Ns. Vik Salamanja, M.Kes beserta Pengurus DPW/DPD/DPK PPNI lainnya
• Badan Keseminatan di bawah PPNI lainnya seperti HIPGABI, HIPKABI, HIPERCCI, HIPMEBI, IWOCNA.
• Organisasi lintas profesi: PERDATIN, IDI, IBI, IAI, IFI, PARI, LBH Perawat Gorontalo.

Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, ST., MT., IPU., ASEAN.Eng, menyampaikan bahwa hadirnya HIPANI di Gorontalo harus menjadi motor penggerak peningkatan kompetensi perawat di daerah. Sehingga perlu adanya fokus untuk membangun sumber daya untuk membangun sumber daya manusia keperawatan yang terlatih, khususnya di area perioperatif dan anestesi.

Beliau juga menegaskan bahwa penting bagi Gorontalo untuk tidak hanya mengandalkan tenaga dari luar, tetapi menyiapkan tenaga profesional sendiri melalui pelatihan berkelanjutan, jejaring klinis, dan pendidikan lanjutan. Karena itu, ia menyebut rencana pembukaan program PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif di Gorontalo sebagai langkah strategis untuk memperkuat layanan anestesi di wilayah ini.

Senada dengan Rektor Universitas Negeri Gorontalo, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Dr. dr. Anang Otoluwa, MPPM, menekankan bahwa HIPANI berada di bawah naungan PPNI, dan di Gorontalo harus diberikan perhatian khusus guna menambah sumber daya bidang keperawatan dan kekhususan di layanan anestesi.

Menurutnya, daerah perlu menyiapkan tenaga perawat yang benar-benar terampil, khususnya di layanan anestesi. Tenaga terampil ini penting untuk menjaga mutu keselamatan pasien pada layanan operasi, ICU, dan ruang pemulihan.

Sedangkan Ketua PERDATIN Cabang Provinsi Gorontalo, dr. Romdon Purwanto, SpAn-TI , Subsp TI(K), menyampaikan bahwa perawat anestesi adalah mitra strategis dokter anestesi dalam pelayanan perioperatif dan perianestesia.
Ia juga menegaskan bahwa HIPANI adalah mitra strategis PERDATIN. Kerja sama ini bertujuan untuk terus meningkatkan kompetensi perawat yang bekerja di area perioperatif dan perianestesia, agar pelayanan kepada pasien semakin aman, terukur, dan profesional.

Pernyataan ini menjadi bentuk pengakuan bahwa perawat yang bekerja di layanan anestesi memiliki peran penting dan diakui dalam tim anestesi, bukan hanya sebagai pelaksana teknis.

Ketua DPW PPNI Provinsi Gorontalo, Ns. Vik Salamanja, M.Kes, berharap kehadiran HIPANI menjadi momentum bahwa perawat mampu membesarkan profesinya sendiri.

Ia menyampaikan bahwa perawat tidak hanya “membantu layanan”, tetapi juga punya kapasitas untuk memimpin peningkatan kompetensi di era transformasi kesehatan. Harapannya, HIPANI akan mendorong lahirnya perawat-perawat yang percaya diri, terukur kompetensinya, dan jelas perannya. Beliau juga menyampaikan bahwa Pendidikan keperawatan harus lebih maju, dengan berharap muncul dan lahirnya Pendidikan Ners Spesialis di Gorontalo ke depan.

Sekretaris PP HIPANI, Muhammad Fithri Rahmani, S.Kep, Ns, CAN menyampaikan bahwa Gorontalo kini resmi menjadi provinsi ke-24 berdirinya HIPANI di Indonesia. Ini menandakan bahwa perawat anestesi di Gorontalo sudah masuk dalam jaringan nasional, bukan lagi bekerja sendiri-sendiri.
Ia juga menjelaskan bahwa di Indonesia saat ini sudah tersedia pendidikan Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah dengan Konsentrasi Anestesi di Universitas Airlangga. Lulusan program tersebut adalah perawat klinis spesialis anestesi — bukan lagi sekadar “pelaksana teknis”, tetapi tenaga ahli dengan kompetensi spesifik di area kritis perioperatif anestesi. Hal ini sesuai dengan statement Bapak Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yaitu untuk menaikkan kesetaraan Pendidikan keperawatan di Indonesia ke jenjang Spesialis.

Menurutnya, ini adalah babak baru dunia keperawatan anestesi di Indonesia, dimana kita sudah masuk era spesialisasi formal.

Bapak Muhammad Fithri berharap pendidikan lanjutan seperti ini akan terus tumbuh di berbagai wilayah, termasuk Gorontalo, sehingga perawat anestesi memiliki jalur karier akademik dan klinik yang jelas, diakui, dan sejajar secara profesional dengan tenaga medis lain di bidang anestesiologi.

“Ke depan, kita tidak hanya bicara ‘bertugas’, tapi diakui sebagai tenaga spesialis yang punya standar kompetensi, punya sertifikasi, dan punya martabat profesi,” ujarnya.

Dalam kegiatan ini juga Bapak Muhammad Fithri Rahmani memperkenalkan CBP INNA Perawat Anestesi Tingkat Dasar. CBP INNA adalah sertifikasi kompetensi yang sudah mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) berbasis SNI ISO 17024:2012. Sertifikasi ini tidak hanya berlaku di tingkat nasional, tetapi juga mengikuti standar internasional melalui skema pengakuan timbal balik global (MLA) yang mencakup IAF (International Accreditation Forum) dan PAC (Pacific Accreditation Cooperation).

Artinya, kompetensi perawat anestesi Indonesia mulai punya standar yang jelas, terdokumentasi, dan bisa dipertanggungjawabkan serta berstandarkan globat daln nasional

Bagi perawat, ini penting: ada jalur pengakuan kompetensi resmi, bukan sekadar “pengalaman kerja”.

Ketua Pengurus Wilayah HIPANI Gorontalo yang baru dilantik, Ramli, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terbentuknya HIPANI Gorontalo dan terselenggaranya workshop ini.
Ia secara khusus menyebut dukungan Ketua PP HIPANI Imam Subhi, PERDATIN Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo, seluruh panitia, serta sponsor kegiatan seperti Mindray, Mephro, Dexa Medica, Fahrenheit, dan PT Sarana Lintas Medika.

Ramli menegaskan bahwa HIPANI Gorontalo siap bergerak, siap bekerja sama lintas profesi, dan siap membantu menyiapkan tenaga perawat yang kompeten di area perioperatif dan perianestesia di Gorontalo.
Kegiatan Pelantikan dan Wokrshop ini secara resmi menjadi tonggak awal kerja HIPANI Wilayah Gorontalo di periode berjalan, di bawah kepemimpinan Ketua terpilih, Ramli.

“Ini bukan akhir. Ini adalah awal babak baru” ucap Ramli.

Sebagai penutup, seluruh rangkaian pelantikan HIPANI Gorontalo dan Workshop Airway Management & Monitoring Series 1 mendapat apresiasi tinggi kepada semua pihak yang terlibat yaitu mulai dari pemerintah daerah, kampus, organisasi profesi, narasumber, panitia, sponsor, hingga 85 peserta yang hadir dari Gorontalo dan Sulawesi Utara. Kegiatan ini bukan hanya seremoni, tetapi komitmen bersama untuk membangun perawat-perawat kompeten di pelayanan anestesi untuk mutu yang tersandarisasi, aman, dan keselamatan pasien yang selalu menjadi prioritas.

Jakarta, 21 Oktober 2025 — Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) mendapat kehormatan untuk hadir sebagai undangan resmi dalam Forum Konsultasi Publik yang diselenggarakan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Forum bergengsi ini mengusung tema “Evaluasi Pemenuhan Kompetensi Proteksi Keselamatan Radiasi bagi Tenaga Kesehatan yang Bekerja pada Fasilitas Radiologi Intervensional.”

Acara yang berlangsung di Ruang Rapat Lantai 8, Gedung B Kantor BAPETEN ini dihadiri berbagai profesi kesehatan lintas bidang, dengan tujuan menjaring masukan dan memperkuat kolaborasi dalam memastikan keselamatan kerja tenaga kesehatan di layanan radiologi intervensional serta proteksi dari radiasi di fasilitas kesehatan.

Dalam forum tersebut, HIPANI menegaskan pentingnya perlindungan radiasi bagi perawat anestesi, terutama yang bertugas di area Non-Operating Room Anesthesia (NORA). Berdasarkan data BAPETEN, tenaga kesehatan khususnya perawat yang terlibat di ruang intervensi menerima dosis efektif rata-rata 0,7 ± 0,2 µSv per tindakan, angka yang menunjukkan potensi risiko paparan kumulatif jangka panjang seperti katarak dan gangguan neurologis.

Perwakilan HIPANI, Ns. Wawan Septrianus Lase, S.Kep., CBAN, menyampaikan sejumlah rekomendasi penting, antara lain:
1. Desain Alat Pelindung Diri (APD) radiasi yang ergonomis dan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga anestesi.
2. Penyusunan panduan teknis posisi kerja aman bagi perawat anestesi di ruang radiologi intervensional.
3. Pembentukan modul pelatihan proteksi radiasi khusus bagi perawat anestesi, hasil kolaborasi antara PPNI-HIPANI, BAPETEN, dan Kementerian Kesehatan RI.

Masukan HIPANI mendapat apresiasi tinggi dari pihak BAPETEN. Forum sepakat perlunya pelatihan lintas profesi (cross-training) dalam bidang proteksi radiasi serta penguatan standar kompetensi tenaga kesehatan yang bekerja di bidang radiologi intervensional.

Sebagai tindak lanjut, HIPANI berencana:
1. Membentuk tim teknis nasional untuk mengembangkan modul pelatihan proteksi radiasi bagi perawat anestesi.
2. Melakukan sosialisasi internal kepada anggota HIPANI yang bertugas di ruang tindakan radiologi intervensional dan NORA.
3. Menyusun rekomendasi panduan posisi kerja aman untuk menekan risiko paparan radiasi di area sensitif.

Kehadiran HIPANI dalam forum ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran perawat di layanan anestesi dalam memastikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien. Kolaborasi dengan BAPETEN dan Kemenkes diharapkan menghasilkan kebijakan serta standar pelatihan yang melindungi seluruh tenaga kesehatan dari risiko paparan radiasi di fasilitas medis modern.

“Ini bukan hanya tentang keselamatan radiasi, tapi juga tentang pengakuan peran strategis perawat di layanan anestesi, dalam ekosistem layanan kesehatan radiologi intervensional,” ujar Ns. Wawan Septrianus Lase di akhir kegiatan.

Ns. Muhammad Fithri Rahmani, S.Kep “Kehadiran HIPANI dalam forum BAPETEN ini menandai langkah maju dalam penguatan peran perawat di layanan anestesi pada ranah keselamatan radiasi. Kami berkomitmen untuk terus berkolaborasi lintas lembaga agar setiap perawat yang bekerja di layanan anestesi memiliki kompetensi dan perlindungan optimal saat bekerja di area radiologi intervensional. Sinergi antara BAPETEN, Kemenkes, dan HIPANI menjadi fondasi penting dalam menciptakan budaya keselamatan radiasi yang berkelanjutan di fasilitas pelayanan kesehatan Indonesia”.
Ns. Sri Etty Wijayaningsih yang juga selaku Ketua Bidang Pelayanan PP HIPANI dan Koordinator Kolegium Bidang Disiplin Ilmu Keperawatan Anestesi, turut mengapresiasi undangan dari BAPETEN kepada HIPANI
“Kami Apresiasi undangan tersebut, saat ini ruang lingkup layanan anestesi saat ini telah berkembang pesat, tidak hanya terbatas di ruang operasi, tetapi juga meluas ke area Non-Operating Room Anesthesia (NORA) seperti ruang radiologi intervensional, endoskopi, dan kateterisasi. Karena itu, kompetensi perawat anestesi di area NORA harus dikuatkan melalui pelatihan terstandar dan pengawasan keselamatan radiasi,” Ujar Ns. Sri Etty

“Kami di HIPANI mendorong agar kompetensi ini menjadi bagian dari kurikulum pelatihan dan kredensialing secara nasional, sehingga setiap perawat di layanan anestesi mampu memberikan pelayanan aman, efektif, dan sesuai standar proteksi radiasi yang berlaku,” tambahnya.
Selain HIPANI juga ada beberapa undangan lainnya yang turut diikut sertakan dalam forum tersebut seperti PPNI, INKAVIN dan PERDATIN.
“Kami berharap hasil dari forum ini tidak berhenti pada tataran rekomendasi saja, tetapi benar-benar diimplementasikan dalam bentuk kebijakan dan pelatihan nyata di lapangan,” ungkap Ns. Muhammad Fithri Rahmani selaku Sekretaris Pengurus Pusat HIPANI

“HIPANI berkomitmen menjadi mitra aktif pemerintah dalam memastikan setiap perawat di layanan anestesi, terutama yang bertugas di area NORA dan radiologi intervensional, memiliki kompetensi proteksi radiasi yang kuat. Harapan kami, ke depan akan lahir sistem pembinaan berkelanjutan yang terintegrasi antara regulasi, pelatihan, dan evaluasi kinerja tenaga keperawatan anestesi di seluruh Indonesia,” tambahnya.

Jakarta, 4 September 2025 – Indonesia tengah menghadapi paradoks besar dalam dunia keperawatan. Setiap tahun tercatat surplus puluhan ribu perawat baru, namun ironisnya, bidang krusial seperti layanan anestesi justru mengalami krisis tenaga keperawatan yang mengancam keberlangsungan layanan dan keselamatan pasien.

Menurut data Detik Health tahun 2025, Indonesia surplus sekitar 37.443 perawat per tahun. Namun, data Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) 2025 menunjukkan hanya ada 2.538 perawat yang bekerja di pelayanan anestesi, atau hanya 0,33% dari total 764.332 perawat dengan STR aktif berdasarkan data Kementerian Kesehatan. Padahal, kebutuhan tenaga keperawatan di pelayanan anestesi terus meningkat dengan bukti rata-rata 4 hingga 6 rumah sakit setiap bulan membuka lowongan tenaga keperawatan ini, dengan jumlah rata-rata kebutuhan 2–4 orang per rumah sakit.

Masalah ini makin kompleks karena Indonesia juga kekurangan dokter spesialis anestesi. Profil Tenaga Kesehatan 2023 mencatat hanya 3.566 dokter anestesi tersedia untuk 282,4 juta penduduk (rasio 0,2 per 1.000 penduduk). Kekurangan ini seharusnya menjadi wake-up call bagi negara untuk segera turun tangan dan hadir menyelesaikan masalah ini. 

Perlu di ketahui, bahwa ini (anestesi) bukan sekadar angka statistik saja, melainkan soal hidup dan mati nyawa manusia di meja operasi. Menurut data tersebut juga sebanyak 723 RSUD bahkan belum memiliki dokter spesialis yang lengkap dan salah satunya adalah dokter spesialis anestesi, sehingga pelayanan anestesi kerap dilimpahkan kepada tenaga kesehatan lain, termasuk di antaranya adalah perawat yang belum memiliki dukungan regulasi kuat maupun jalur pendidikan formal berkelanjutan (spesialis keperawatan).

Untuk menjembatani kekosongan tersebut, HIPANI bersama PPNI menggagas kegiatan On the Job Training Perawat di Pelayanan Anestesi dengan disertai sertifikasi Keahlian/Kompetensi CBP INNA Perawat Anestesi Tingkat Dasar, yang sudah terstandardisasi melalui Komite Akreditasi Nasional (KAN) BSN dengan SNI ISO 17024:2012. Akreditasi dari KAN ini tidak hanya berlaku secara nasional, tetapi juga direkognisi secara internasional karena KAN menjadi anggota Multilateral Recognition Arrangement (MLA) dalam kerangka International Accreditation Forum (IAF). Sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh LSP yang diakreditasi KAN, seperti  Certified Body For Person – Indonesia National Nurses Association (CBP-INNA) memiliki legitimasi kuat, kredibel, dan setara dengan standar global. Tentunya hal ini memastikan bahwa sertifikasi Certified Basic Anesthesia Nurse  yang dijalankan PPNI dan HIPANI melalui CBP INNA tidak hanya sah di tingkat nasional, tetapi juga setara dengan standar internasional, serta  sumbangsih organisasi perawat untuk mengurai permasalahan ini, terlebih lagi dalam menyiapkan perawat yang bekerja di layanan anestesi sesuai standar global.

Antusiasme perawat terhadap penguatan dan peningkatan kompetensi di pelayanan anestesi ini begitu besar, lebih dari 500 calon peserta tercatat dalam daftar tunggu baik dari dalam maupun luar negeri, dan 40 rumah sakit telah menyatakan kesiapannya menjadi penyelenggara pelatihan perawat anestesi. Namun, semangat ini justru terhenti di hadapan tembok regulasi. Hingga kini, pemerintah belum juga membuka jalur pendidikan formal pascasarjana spesialis keperawatan anestesi dan juga kurikulum pelatihan yang belum disahkan oleh Kementerian Kesehatan, sehingga kebutuhan mendesak di lapangan tetap belum terjawab seutuhnya.

Standar global/internasional menunjukkan bahwa pendidikan perawat anestesi memiliki kerangka yang jelas dan terstruktur. Contoh seperti di Amerika, untuk menjadi Certified Registered Nurse Anesthetist (CRNA) di Amerika Serikat, syaratnya harus memiliki gelar Sarjana Keperawatan (BSN) dan lisensi Registered Nurse (RN). Mulai 2025, bahkan gelar doktoral (DNP/DNAP) menjadi syarat minimum. Pendidikan berlangsung 36 bulan penuh waktu dengan kurikulum terakreditasi oleh Council on Accreditation (COA) dan mengikuti standar IFNA. Sementara itu, di Eropa, contohnya Inggris memiliki program keperawatan anestesi yang distandardisasi sebagai pendidikan pascasarjana, serupa dengan Amerika, dan diakreditasi oleh badan keperawatan profesional. Fakta ini menegaskan bahwa secara internasional jalur pendidikan perawat anestesi ditempatkan sebagai program lanjut, profesional, dan diakui secara resmi.

Perbandingan dengan negara lain memperlihatkan ketertinggalan Indonesia. Jepang sejak 1995 sudah menyiapkan Certified Nurse Specialists (CNS), memperluas peran peri-anesthesia nurse, hingga melatih manajemen anestesi intraoperatif. Hingga 2022, Jepang mencatat ribuan perawat spesialis yang memperkuat akses anestesi di seluruh negeri. Di Australia, profesi perawat yang bekerja di layanan anestesi,  insentifnya dihargai hingga Rp750.000.000 per tahun.

Kontras dan ironi sekali dengan keadaan di Indonesia, di mana antusiasme ratusan perawat dan puluhan rumah sakit siap menyelenggarakan pelatihan anestesi, tetapi semua energi positif ini terhenti di hadapan regulasi pemerintah yang kaku dan kurang fleksibel. Alih-alih membuka jalur pendidikan pascasarjana yang dibutuhkan, perawat anestesi masih dibiarkan tanpa kepastian masa depan baik jenjang akademik maupun profesional keperawatan yang jelas.

Memang benar, Indonesia saat ini telah surplus perawat, tetapi tidak otomatis menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat. Negara harus hadir, tidak sekadar menghitung angka atau menjadikannya statistik, tetapi memastikan distribusi adil dan segera membuka dan mempermudah jalur pendidikan keperawatan spesialistik serta sertifikasi perawat anestesi yang sesuai dengan standar dan sesuai dengan kebutuhan layanan di rumah sakit agar tidak tertinggal dari negara lainnya. 

Pemerintah, DPR RI, Kemenkes, Konsil, dan Kolegium harus segera turun tangan. Bila tidak, krisis tenaga perawat di pelayanan anestesi akan terus terjadi dan pada akhirnya, masyarakatlah yang menjadi korban. 

Masalah ini menyentuh langsung amanat Pancasila, sila ke-5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Negara tidak boleh berhenti pada angka dan retorika, atau memandang angka di atas sebagai laporan statistik saja, namun negara wajib memastikan akses layanan anestesi merata, sebagai ada bentuk konkret kehadiran pemerintah dalam menjaga nyawa rakyatnya.

Jakarta, 30 Juni 2025 – PUSDIKLAT PKU Muhammadiyah Jakarta jadi saksi gegap gempita Certified Basic Anesthesia Nurse terbesar se-Indonesia! Ujian Sertifikasi CBP INNA Certified Basic Anesthesia Nurse yang digelar 26–29 Juni 2025 sukses mencatatkan sejarah dengan 50 peserta dari seluruh penjuru Tanah Air, menjadi angkatan terbesar sejak sertifikasi ini diluncurkan.

Acara ini dihadiri oleh Mustikasari (Ketua CBP INNA Pusat), Rusman Wahyusetiawan (Ketua PW HIPANI Jakarta), Dewi Adnan (Plt. Kepala PUSDIKLAT PKU Muhammadiyah Jakarta) beserta jajaran, deretan penguji dan trainer nasional HIPANI, Pengurus HIPANI DKI Jakarta, Tim CBP INNA Pusat, serta peserta kegiatan.

Peserta tidak hanya dari Jakarta, tetapi juga dari Kalimantan Tengah, Sulawesi, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan provinsi lain yang membuktikan gelora semangat perawat anestesi Indonesia siap untuk terstandarisasi secara nasional dan international.

Imam Subhi (Ketua HIPANI Pusat) menegaskan:
"HIPANI terus dorong perawat anestesi untuk memenuhi standar CBP INNA yang sudah diakui Komite Akreditasi Nasional (KAN)!"

Sementara Muhammad Fithri Rahmani (Sekretaris PP HIPANI) membeberkan fakta keras:
Muhammad Fithri Rahmani (Sekretaris PP HIPANI) menjelaskan bahwa CBP INNA (Certification Body for Professional INNA) berperan sebagai penghubung antara standar akreditasi nasional Indonesia dan standar internasional.

"Sebagai bagian dari KAN, CBP INNA telah diakui kemampuannya dalam menyertifikasi perawat profesional sesuai standar ISO 17024. Ini menjadi bukti bahwa kompetensi perawat anestesi Indonesia setara dengan kualifikasi global," paparnya.
Muhammad Fithri Rahmani yang selaku menjadi Moderator Seminar Keperawatan International yang dilaksanakan Kolegium Kepearwatan juga menyampaikan bahwa CBP INNA juga merupakan bagian dari jaringan global yang lebih besar yang mencakup badan akreditasi internasional seperti IAF (International Accreditation Forum) dan PAC (Pacific Accreditation Cooperation). Hal ini memungkinkan perawat Indonesia yang disertifikasi melalui CBP INNA untuk memiliki pengakuan internasional, membuka peluang kerja di berbagai negara yang menerapkan standar global yang sama.

Dengan rekor peserta terbanyak, HIPANI Jakarta membuktikan bahwa sertifikasi ini menjadi trend baru dikalangan perawat khususnya yang bekerja di pelayanan anestesi.
Kegiatan ini tidak hanya sekadar ujian, tetapi juga menjadi wadah penguatan kompetensi, sharing knowledge, dan pengembangan jaringan bagi perawat anestesi di seluruh Indonesia. Dengan adanya sertifikasi ini, diharapkan kualitas pelayanan anestesi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan semakin meningkat, sehingga memberikan dampak positif bagi keselamatan pasien.
Dengan kesuksesan pelaksanaan sertifikasi kali ini, HIPANI berencana untuk memperluas jangkauan sertifikasi ke lebih banyak daerah di Indonesia. Bagi perawat anestesi yang ingin mengikuti ujian sertifikasi berikutnya, dapat memantau informasi resmi melalui website HIPANI atau media sosial HIPANI.

"Semoga dengan sertifikasi ini, perawat anestesi Indonesia semakin profesional dan diakui di tingkat global," tutup Rusman.

Makassar, 29 Juni 2025 – Kegiatan Ujian Sertifikasi Keahlian/Kompetensi Terstandar SNI ISO/IEC 17024 yang diselenggarakan di Primaya Hospital Makassar pada 27-29 Juni 2025 sukses diikuti oleh 33 peserta dari berbagai provinsi dan kabupaten di Sulawesi, termasuk Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Papua Pegunungan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kompetensi perawat anestesi dan memberikan sertifikasi yang diakui baik secara nasional maupun internasional.

Acara yang berlangsung di Primaya Hospital ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dalam dunia keperawatan, antara lain Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadillah, Ketua CBP INNA Pusat Mustikasari, Ketua DPW PPNI Sulawesi Selatan Abdul Rakhmat, Ketua PW HIPANI Sulawesi Selatan Syafril Rahim, serta narasumber dari dunia medis, yakni Dokter Spesialis Anestesi Dr. Alamsyah, Sp.An, dan Dr. Masriani, Sp.An. Selain itu, turut hadir juga Panitia Pelaksana, Direktur Primaya Hospital Makassar dr. Merry Monica, MARS, beserta jajaran manajemen rumah sakit.

Dalam sambutannya, dr. Merry Monica, MARS, selaku Direktur Primaya Hospital Makassar, menyampaikan terima kasih atas diselenggarakannya kegiatan ini di Sulawesi Selatan. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif dalam peningkatan kompetensi para perawat, khususnya dalam pelayanan anestesi yang berkualitas.

Sementara itu, Harif Fadillah, Ketua Umum DPP PPNI, dalam sambutannya menekankan pentingnya sertifikasi bagi perawat yang tidak hanya mengakui keahlian mereka di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional. Sertifikasi ini, menurutnya, akan meningkatkan rasa percaya diri perawat, meningkatkan kompetensi dan keahlian, serta memberikan jaminan kualitas bagi tenaga keperawatan yang sudah teruji kemampuannya. CBP-INNA telah mendapatkan pengakuan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk memastikan bahwa ujian sertifikasi perawat anestesi yang diselenggarakan memenuhi standar yang diakui secara nasional dan internasional berbasis SNI ISO 17024:2012.

Syafril Rahim, Ketua PW HIPANI Sulawesi Selatan, menyampaikan komitmen HIPANI untuk terus menggelar kegiatan serupa, sehingga para perawat yang berprofesi di bidang anestesi bisa memperoleh pengakuan keahlian mereka baik secara nasional maupun internasional.

Tak kalah pentingnya, Muhammad Fithri Rahmani, Sekretaris PP HIPANI yang turut memantau kegiatan tersebut, juga mengungkapkan rasa bangga atas kesuksesan penyelenggaraan ujian sertifikasi ini. Ia berharap kegiatan ini dapat menjangkau lebih banyak perawat anestesi di Sulawesi, sehingga mereka dapat terus berkembang dalam profesinya.

Kegiatan ujian sertifikasi ini diharapkan menjadi langkah awal dalam memperkuat kompetensi dan kredibilitas perawat anestesi di Indonesia, serta mendukung tercapainya standar pelayanan kesehatan yang lebih baik di masa depan.

Redaksi Berita:
Banyumas, 23 Mei 2025 – Demi menjaga kualitas tenaga kesehatan, terutama tenaga keperawatan, adalah kunci utama dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi pasien. Untuk itu, Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) melakukan kunjungan kerja ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas, Jumat (23/5). Kunjungan ini bertujuan meninjau kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana dalam rangka kegiatan sertifikasi keahlian perawat anestesi tingkat dasar yang diselenggarakan oleh PW HIPANI Jawa Tengah bekerja sama dengan RSUD Banyumas. Menurut Rushartono selaku Ketua PW HIPANI Jawa Tengah, kegiatan ini diikuti oleh 25 orang perawat yang bekerja di pelayanan anestesi dari berbagai wilayah di Indonesia.
Kegiatan pelatihan ini merupakan langkah strategis PPNI dalam memastikan standar mutu pendidikan dan pelatihan perawat agar kompetensi yang diperoleh benar-benar terukur dan valid. “Sertifikasi adalah bentuk validasi kompetensi yang terstandarisasi oleh lembaga kredibel” jelas Dr. Harif Fadhillah, SKp., S.H., M.Kep., M.H., selaku Ketua Umum PPNI Pusat.
Lebih jauh, Prof. Dr. Mustikasari, S.Kp., MARS, Sekjend DPP PPNI dan juga Ketua CBP INNA menegaskan pentingnya pengakuan kompetensi melalui lembaga terakreditasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014. Dengan demikian, kompetensi perawat tidak hanya diakui secara nasional, tapi juga dapat bersaing di kancah internasional. Untuk mendukung hal ini, PPNI telah membentuk lembaga sertifikasiCertified Body For Person-Indonesia National Nurses Association (CBP-INNA) atau Badan Sertifikasi Perawat Indonesia yang terakreditasi internasional SNI ISO/IEC 17024.
Sertifikasi ini mengacu pada 16 keahlian yang telah distandarisasi dan diakui di kawasan ASEAN, di antaranya: Certified Basic Operating Room Nurse (CBORN), Certified Critical Care Nurse (CCCN), Certified BTCLS Nurse (CBTLSN), Certified Basic Infection Prevention and Control Nurse (CBIPCN), Certified Basic Endoscopic Nurse (CBEsN), Certified Basic Neurology Nurse (CBNN), Certified Basic Cardiovascular Nurse (CBCVN), Certified Basic Dialysis Nurse (CBND), Certified Basic Anesthesia Nurse (CBAN), Certified Basic Wound Care Nurse (CBWCN), Certified Basic Urology Nurse (CBUN), Certified Basic Holistic Nurse (CBHN), Certified Basic Mental Health Nurse (CBMHN), Certified Basic Community Nurse (CBCN), Certified Basic Oncology Nurse (CBOnN), dan Certified Basic Orthopedic Nurse (CBOCN). Sertifikat keahlian ini merupakan bagian dari upaya PPNI untuk meningkatkan kompetensi perawat di Indonesia agar dapat bersaing di tingkat internasional, khususnya di kawasan ASEAN.

Adapun akreditasi dan pengakuan internasional, sertifikasi yang diterbitkan CBP INNA mendapat pengakuan dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Komite Akreditasi Nasional (KAN), lembaga resmi yang mengatur standar nasional di Indonesia. BSN juga merupakan anggota aktif dari Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC), organisasi yang menyatukan lembaga akreditasi di kawasan Asia Pasifik. Dengan akreditasi dari KAN yang berada di bawah BSN, sertifikat kompetensi dari CBP INNA memiliki legitimasi dan kualitas yang diakui secara nasional dan bisa menjadi dasar untuk pengakuan internasional, terutama melalui kerja sama dengan lembaga akreditasi regional dan global. Melalui mekanisme Mutual Recognition Arrangement (MRA) yang dikelola APAC, akreditasi BSN terhadap CBP INNA diakui oleh lembaga akreditasi di negara-negara anggota APAC lainnya. Hal ini memastikan bahwa sertifikat kompetensi yang dikeluarkan CBP INNA tidak hanya sah di Indonesia, tetapi juga memiliki pengakuan regional, sehingga membuka peluang mobilitas kerja dan profesionalisme perawat Indonesia di tingkat internasional.
Setelah membuka kegiatan, Sekjen PPNI beserta rombongan melakukan kunjungan lapangan untuk menilai kelayakan RSUD Banyumas sebagai tempat pelatihan perawat anestesi tingkat dasar.
Direktur RSUD Banyumas, dr. Dani Esti Novia, menyambut baik kunjungan ini dan berharap sinergi yang terjalin dapat meningkatkan kualitas tenaga kesehatan, khususnya perawat, agar selalu berkompeten dan sesuai standar. “Saya mendukung penuh kegiatan ini agar kualitas tenaga kesehatan di daerah semakin baik,” ujarnya.

Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah penting bagi tenaga keperawatan, khususnya di pelayanan anestesi untuk meningkatkan keahlian dan profesionalisme, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Tulungagung, 4 Mei 2025 – Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) Jawa Timur sukses menggelar kegiatan sertifikasi Certified Basic Anesthesia Nurse (CBP INNA) untuk ketiga kalinya di tahun 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya HIPANI Jatim dalam meningkatkan kualitas kompetensi perawat anestesi di wilayahnya. Acara ini diikuti oleh 33 peserta di RSUD Haji Surabaya, 32 peserta di RSUD Soebandi Jember, dan 38 peserta di RSUD dr. Iskak Tulungagung.
Peserta yang hadir pada kegiatan ini bervariasi, peserta berasal dari dari berbagai wilayah di Indonesia, antara lain Provinsi Riau, Sumbawa, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur.
Acara yang berlangsung selama tiga hari ini terdiri dari dua hari workshop yang mencakup teori dan praktik yang teregistrasi di Learning Management System (LMS) Plataran Sehat. Pada hari ketiga, peserta mengikuti ujian sertifikasi Certified Basic Anesthesia Nurse (CBP INNA), yang memberikan pengakuan atas kompetensi mereka dalam memberikan asuhan keperawatan di bidang anestesi dasar.
CBP INNA (Certified Body for Person – Indonesia National Nurses Association) adalah lembaga sertifikasi perawat yang didirikan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Lembaga ini telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sebagai Lembaga Sertifikasi Person (LSP), yang mengacu pada standar SNI ISO/IEC 17024. CBP INNA tidak hanya memenuhi standar nasional, tetapi juga standar internasional, memberikan pengakuan yang luas bagi perawat Indonesia dalam menghadapi tantangan global. Mengutip dari situs https://kan.or.id/, KAN mewakili Indonesia dalam forum kerjasama internasional antar badan akreditasi, yaitu International Accreditation Forum (IAF), International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) dan Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC).

Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Umum DPP PPNI, Harif Fadillah, yang memberikan apresiasi terhadap upaya HIPANI Jawa timur dalam memajukan profesi perawat anestesi. Ketua CBP INNA Pusat, Mustikasari, juga turut hadir untuk menyaksikan langsung kegiatan tersebut dan menyapa peserta yang hadir. Tak ketinggalan, Perwakilan dari Manajemen dan Bidang Keperawatan RSUD dr. Iskak Tulungagung turut memberikan dukungan melalui sambutannya.
"Keberhasilan HIPANI Jatim menggelar kegiatan ini untuk ketiga kalinya adalah bukti komitmen kami dalam meningkatkan kompetensi perawat anestesi di Jawa Timur. Sertifikasi ini tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis, tetapi juga memberikan pengakuan atas keahlian perawat anestesi yang sudah terstandarisasi. Kami berharap program ini dapat terus dilaksanakan di berbagai rumah sakit di Jawa Timur." Ujar Aris Totok selaku Ketua HIPANI Jawa Timur.

"PPNI selalu mendukung upaya-upaya peningkatan kompetensi perawat, terutama di bidang anestesi. Kegiatan sertifikasi ini sangat penting untuk memberikan pengakuan atas keterampilan dan keahlian perawat anestesi yang bekerja di rumah sakit. Ini juga menjadi salah satu langkah untuk memastikan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat." Kata Harif Fadillah selaku Ketua DPP PPNI.
Menurut Harif Fadillah, Ketua Umum PPNI, CBP INNA ini adalah jawaban atas kebutuhan mendesak akan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan. Dengan standar internasional yang diadopsi oleh CBP INNA, perawat Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan global.

Menurut Sekretaris PP HIPANI, Muhammad Fithri Rahmani melalui telpon menyampaikan bahwa “sejak diakuinya keperawatan anestesi sebagai bagian dari cabang disiplin ilmu keperawatan oleh Kolegium Keperawatan Indonesia pada 5 Februari 2025, sejak saat itu kita banyak berbenah dan berkonsultasi dengan Kolegium Keperawatan tentang kegiatan pengembangan kompetensi perawat anestesi di Indonesia”.
Sekretaris PP HIPANI tersebut juga mengapresiasi langkah dari pada HIPANI Jawa Timur yang menangkap kebutuhan di pelayanan dengan menggelar kegiatan ini, dan berharap kegiatan ini terus berlanjut.

Surabaya, 26 Januari 2025 – Pelaksanaan Workshop Perawat Anestesi dan Ujian Sertifikasi Kompetensi/Keahlian Perawat Anestesi Tingkat Dasar yang terstandar SNI ISO/IEC 17024 di RSUD Haji Surabaya sukses dilaksanakan dengan lancar. Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara CBP INNA (Badan Sertifikasi PPNI) dengan HIPANI Pusat PPNI dan diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut. Sebanyak 29 peserta dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti workshop yang terdiri dari sesi teori, sesi praktik, dan ujian sertifikasi yang semuanya berjalan sesuai jadwal.

Acara yang digelar pada tanggal 26 Januari 2025 ini menghadirkan dua dokter spesialis anestesi dari RSUD Haji Surabaya dan trainer perawat anestesi dari Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI). Menurut Aris Totok, Ketua PW HIPANI Jawa Timur, RSUD Haji Surabaya menjadi rumah sakit pertama di Jawa Timur yang menyelenggarakan kegiatan ini, dan ia berharap semakin banyak rumah sakit di daerah tersebut yang berpartisipasi di masa depan.

“Saya merasa bangga bahwa RSUD Haji Surabaya menjadi pionir di Provinsi Jawa Timur dalam menyelenggarakan sertifikasi kompetensi perawat anestesi tingkat dasar dengan standar internasional. Kegiatan ini akan memberi dampak positif dalam peningkatan kualitas perawatan anestesi di Indonesia,” ujar Aris Totok.
Sertifikasi yang diberikan kepada peserta tidak hanya terakreditasi nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), namun juga diakui secara internasional melalui MRA-Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC) yang terafiliasi dengan International Accreditation Forum (IAF). Hal ini memastikan bahwa sertifikat yang diperoleh perawat anestesi tersebut dapat diterima di lebih dari 162 negara yang telah menandatangani Multilateral Recognition Arrangement (MLA) IAF.

Muhammad Fithri Rahmani, Sekretaris Pengurus Pusat HIPANI, menyampaikan bahwa kegiatan serupa juga akan dilaksanakan di bulan Februari 2025 di RSUD dr. Iskak Tulungagung dan RSUD Soebandi Jember, yang menunjukkan keseriusan HIPANI dalam memperluas jangkauan pelatihan bagi para perawat anestesi di seluruh Indonesia.

Selama kegiatan berlangsung, antusiasme peserta sangat terasa, dengan banyak dari mereka mengungkapkan harapan untuk memperoleh lisensi yang dapat menjadi bukti legalitas keahlian mereka dalam bekerja di garis depan perawatan kesehatan, khususnya dalam pelayanan anestesi. Ujian sertifikasi ini tidak hanya memberi kesempatan bagi para perawat anestesi untuk membuktikan kemampuan mereka, tetapi juga memperkuat standar profesionalisme dalam praktik anestesi di Indonesia.

Tim penguji yang terdiri dari tiga perawat anestesi tersertifikasi dan berpengalaman di bidangnya memberikan penilaian yang objektif dan konstruktif selama proses ujian. Hal ini memastikan bahwa setiap peserta mendapatkan umpan balik yang berguna untuk pengembangan keahlian mereka. Mustakim, salah satu penguji dalam ujian tersebut, menambahkan, “Sangat membanggakan melihat antusiasme peserta yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia. Kami sangat siap untuk menyelenggarakan kegiatan besar lainnya di masa depan.”

“Para dokter narasumber sangat antusias dalam memberikan ilmu kepada peserta, bahkan beberapa mengatakan tidak ingin dibatasi waktu dalam berbagi pengetahuan mereka. Hal ini menunjukkan komitmen tinggi dalam meningkatkan kualitas perawatan anestesi di Indonesia,” ujar Fernando, salah satu panitia acara.

Dalam kegiatan ini, seluruh peserta yang mengikuti ujian tertulis dan praktik dinyatakan lulus, menandakan tingginya persiapan dan semangat mereka dalam menjalani ujian sertifikasi ini. Acara ini juga dihadiri oleh perawat dari rumah sakit pemerintah dan swasta, yang menunjukkan keberhasilan acara ini dalam menarik perhatian berbagai kalangan.

Dengan dilaksanakannya sertifikasi ini, diharapkan dapat menghasilkan perawat anestesi yang lebih kompeten, siap bersaing di pasar global, serta meningkatkan kualitas perawatan anestesi di seluruh Indonesia. Kesuksesan acara ini tentunya menjadi langkah positif dalam upaya membangun sumber daya manusia yang berkualitas di bidang medis, khususnya dalam anestesiologi.

Pada tanggal 21 Desember 2024, bertempat di Graha DPW PPNI Banten, digelar Kongres Wilayah II Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) Provinsi Banten. Acara ini dihadiri oleh sekitar 35 peserta yang terdiri dari perwakilan berbagai kabupaten dan rumah sakit di Provinsi Banten. Kongres ini menjadi momen penting untuk memperkuat sinergi antara organisasi profesi dalam bidang anestesi dan perawatan intensif di daerah tersebut.

Dalam kesempatan itu, Perwakilan Persatuan Dokter Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dr. Setyadi, Sp.An, menyampaikan sambutan hangat. "Kami menyambut baik HIPANI Banten, dan siap bersinergi serta berkolaborasi dalam pelayanan anestesi dan berbagai kegiatan seperti pelayanan, bakti sosial, webinar, seminar, workshop, serta pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam pelayanan anestesi ke depan," ungkapnya. Hal ini menunjukkan komitmen PERDATIN Banten untuk mendukung perkembangan dan profesionalisme tenaga keperawatan di Provinsi Banten.

Ketua Dewan Pengurus Wilayah PPNI Provinsi Banten, H. Sayuti, S.Kep, Ns, SKM, M.Kes, juga memberikan sambutan dukungannya. "Selamat datang di rumah perawat se-Banten! Kami sangat mendukung segala aktivitas HIPANI dan siap membantu melalui DPD dan DPK PPNI dalam pendataan anggota di lebih dari 200 rumah sakit se-Banten. PPNI siap memfasilitasi kegiatan HIPANI, baik lewat PUSBANGDIKLAT PPNI maupun Ujian Sertifikasi Kompetensi/ Keahlian CBP INNA Perawat Anestesi Tingkat Dasar berbasis SNI ISO 17024:2012 “kata Sayuti. Dukungan ini diharapkan dapat memperkuat jaringan dan kolaborasi antar tenaga keperawatan khususnya di pelayanan anestesi di Provinsi Banten.

Rusman Wahyusetiawan, S.Kep, Ns, CBAN selaku Ketua Bidang INFOKOM PP HIPANI yang turut hadir sebagai perwakilan dari PP HIPANI di acara kongres wilayah tersebut, mengungkapkan "Selamat dan sukses untuk Pengurus Wilayah Hipani Banten, selalu berkordinasi PP HIPANI dan DPW PPNI Banten untuk setiap kegiatan dan akan kami bantu dari semua bidang. Adapun harapan kami hipani Banten bisa maju dan sukses , oleh karena itu kami menitipkan anggota hipani ke DPW PPNI Banten dan perdatin Banten”.

Acara Kongres Wilayah ini berjalan dalam suasana penuh hikmat, di mana terpilihlah Saudara Habibullah, S.Kep, Ns, CAN sebagai Ketua Pengurus Wilayah HIPANI Provinsi Banten Periode 2024-2029. Dalam pidatonya, Habibullah menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kelancaran kegiatan kongres, termasuk Bapak Iib Taopik selaku Ketua PW HIPANI periode sebelumnya. Ia mengungkapkan visinya untuk membawa HIPANI Banten menjadi lebih baik dan berkomitmen untuk menjadikan organisasi ini sebagai pusat pengembangan kompetensi perawat dalam pelayanan anestesi.


Ketua PP HIPANI, H. Imam Subhi, S.Kep, Ns, MM, M.Kes, MH.Kes juga memberikan ucapan selamat kepada Habibullah. "Selamat kepada Bapak Habibullah sebagai Ketua PW HIPANI Banten terpilih. Semoga HIPANI Banten dapat berkiprah lebih besar lagi dalam pengembangan kompetensi di bidang pelayanan anestesi," harapnya. Dengan terpilihnya pengurus baru, diharapkan HIPANI Banten dapat terus maju dan memberikan kontribusi nyata dalam bidang kesehatan di Provinsi Banten.

Dengan penutupan acara yang penuh hikmat, tampak harapan besar di antara semua peserta Kongres Wilayah untuk masa depan HIPANI Banten yang lebih cerah. Diharapkan, dengan kepemimpinan baru dan dukungan dari berbagai pihak, PW HIPANI Banten akan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pelayanan kesehatan di Provinsi Banten. Semua elemen yang terlibat berkomitmen untuk saling mendukung dan berkolaborasi, demi tercapainya tujuan bersama dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di daerah ini. Kongres Wilayah II diharapkan bukan hanya menjadi titik awal, tetapi juga langkah strategis untuk kemajuan tenaga keperawatan khususnya di pelayanan anestesi.

Jakarta, 19 Desember 2024 – Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) Jakarta telah berhasil melaksanakan ujian Certified Body For Person (CBP) Perawat Anestesi Tingkat Dasar yang diadakan pada tanggal 8 Desember 2024. Ujian ini merupakan yang pertama kali dipaksakan oleh HIPANI dengan bertempat di Gedung PUSDIKLAT PKU Muhammadiyah dukungan penuh dari berbagai pihak.

Ujian ini diikuti oleh 30 peserta, melebihi target awal yang ditetapkan sebanyak 25 orang. Peserta berasal dari berbagai rumah sakit di Jakarta dan beberapa provinsi seperti Sumatera, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan menunjukkan antusiasme yang luar biasa terhadap pengakuan resmi kompetensi dan keahlian mereka sebagai perawat anestesi.

Ujian terdiri dari dua tahap, yakni ujian tertulis dan ujian praktik. Ujian tertulis dilakukan menggunakan sistem Computer-Based Test (CBT), yang memberikan efisiensi dan akurasi dalam penilaian. Sementara itu, ujian praktik berfokus pada kasus-kasus anestesi perioperatif, di mana peserta diwajibkan menunjukkan praktik keterampilan dan pengetahuan mereka dalam situasi di pelayanan anestesi.

Tim penguji terdiri dari tiga perawat anestesi tersertifikasi yang berpengalaman di bidangnya. Mereka memberikan penilaian yang objektif dan konstruktif selama proses ujian, memastikan bahwa setiap peserta mendapatkan umpan balik yang berguna untuk pengembangan keahlian mereka.

Antusiasme peserta terlihat jelas, dengan banyak dari mereka yang mengungkapkan harapan untuk mendapatkan lisensi sebagai bukti legalitas keahlian mereka dalam bekerja di garis depan perawatan kesehatan khususnya di pelayanan anestesi. Ujian ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi perawat anestesi untuk membuktikan kemampuan mereka, tetapi juga memperkuat standar profesionalisme dalam praktik anestesi di Indonesia.

Pelaksanaan ujian ini merupakan hasil kerja sama antara PUSDIKLAT PKU Muhammadiyah, CBP INNA DPP PPNI, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia (DPP-PPNI), Pengurus Pusat HIPANI, dan Pengurus Wilayah HIPANI DKI Jakarta. Ketua Umum DPP PPNI dan Sekretaris DPP PPNI turut hadir dalam kegiatan tersebut untuk memberikan semangat dan motivasi kepada peserta yang mengikuti ujian.

“Kami sangat mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam suksesnya kegiatan ini. Kerjasama erat antara berbagai institusi menunjukkan komitmen kita bersama untuk meningkatkan kualitas perawatan anestesi di Indonesia,” ungkap Rusman selaku Ketua PW HIPANI Jakarta.

Ketika ditanyakan events selanjutnya, Rusman mengungkapkan "tunggu saja kejutan events selanjutnya di tahun 2025"

Hidayat, seorang perawat anestesi dari Kalimantan Utara, menyatakan, “Saya sangat berterima kasih atas kesempatan mengikuti ujian ini. Ini adalah langkah besar dalam karir saya sebagai perawat anestesi. Pelatihan dan pengetahuan yang saya peroleh selama persiapan ujian sangat bermanfaat dan saya berharap hasilnya akan membantu saya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pasien.”

Budi Santoso, salah satu penguji dalam ujian tersebut, menambahkan, “Sangat membanggakan melihat antusiasme peserta dalam ujian ini, dari berbagai provinsi di Indonesia turut hadir dalam kegiatan ini”

Dengan keberhasilan ujian CBP INNA Perawat Anestesi Tingkat Dasar ini, HIPANI Jakarta berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan profesionalisme dan keahlian perawat anestesi di seluruh Indonesia.

Denpasar, 18 Desember 2024 – Sebuah workshop berjudul “Improving the Quality of Perioperative Anesthesia Nursing Care; Modern Anesthesia Machine and Management of Intraoperative Mechanical Ventilation, Pasien Safety in Anesthesia Care” telah sukses dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Desember 2024. Kegiatan ini bertempat di Puri Ayu Hotel, Kota Denpasar, Bali.

Workshop ini diselenggarakan oleh Pusbangdiklat DPP PPNI bekerja sama dengan PUSBANGDIKLAT DPW Provinsi Bali dan Pengurus Wilayah Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) Bali. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga keperawatan dalam menangani perawatan anestesi perioperatif, khususnya terkait penggunaan mesin anestesi modern dan ventilasi mekanik intraoperatif.

HIPANI Bali Jadi Tuan Rumah Workshop Anestesi Perioperatif-1 Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) - Muhammad Fithri Rahmani, S. Kep, Ns, CAN

Dihadiri oleh 80 orang perawat, jumlah peserta yang melampaui target awal sebanyak 50 orang, workshop ini menghadirkan berbagai pembicara ahli di bidangnya. Di antara pembicara tersebut adalah:

  • dr. I Gusti Agung Made Wibisana Kurniajaya, Sp.An yang memaparkan konsep mesin anestesi modern dan manajemen ventilasi mekanik intraoperatif.
  • Ns. Gde Yasa Antarika, S. Kep. M. Kep., Sp. Kep. MB, yang membahas perawatan keperawatan anestesi pada pasien dengan ventilasi mekanik intraoperatif.
  • Ns. I Ketut Sudiarta, S. Kep., M. Kep, yang menjelaskan pentingnya keselamatan pasien dalam perawatan anestesi.
  • Ns. Kadek Mahedi Teranggana, S. Kep, yang memberikan pengetahuan tentang persiapan, kalibrasi, dan penggunaan mesin anestesi modern.
  • Ns. I Made Puja Astawa, S. Kep, yang membahas tentang penggunaan ventilasi mekanik dan monitoring pasien selama aplikasi intraoperatif.

I Ketut Sudiarta selaku narasumber dalam kegiatan tersebut menyampaikan ““Peningkatan kompetensi melalui kegiatan ini sangat krusial dalam memastikan perawat anestesi dapat memberikan perawatan yang optimal dan sesuai standar keselamatan pasien di setiap tindakan medis.”

Penyelenggara memberikan apresiasi khusus kepada para peserta, termasuk dua orang perawat terjauh dari Rumah Sakit Umum Daerah Komodo, Manggarai Barat, dan Nusa Tenggara Timuryang turut hadir dalam kegiatan ini.
Penghargaan setinggi-tingginya juga disampaikan kepada Ketua PP HIPANI, Ketua PERDATIN Bali, Ketua DPW PPNI Bali, Pusbangdiklat PPNI, Panitia dari PW HIPANI Bali serta seluruh sponsor yang telah mendukung acara ini, di antaranya PT Surgika Alkesindo, PT Citra Dian Pratama, dan PT Surya Bali Makmur (DV Medika Group).

HIPANI Bali Jadi Tuan Rumah Workshop Anestesi Perioperatif-3 Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) - Muhammad Fithri Rahmani, S. Kep, Ns, CAN

“Kegiatan ini akan terus dilakukan secara berkesinambungan untuk menjamin kualitas mutu perawat yang bekerja area pelayanan anestesi” Ungkap Murjana selaku Ketua PW HIPANI Bali.
““Kesuksesan workshop ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat anestesi di Bali, sekaligus sebagai penjaminan mutu layanan anestesi yang lebih aman dan berkualitas bagi pasien.” Ungkap Yasa selaku Sekretaris PW HIPANI Bali

Dengan adanya workshop ini, diharapkan kualitas perawatan keperawatan anestesi dapat meningkat, serta keselamatan pasien dapat lebih terjamin dalam setiap tindakan medis yang dilakukan.

Halaman 1 dari 3
hacklink hack forum hacklink film izle hacklink